GARAWANGI - Seperti biasanya, kegiatan Haul Eyang Hasan Maolani (Eyang Hasan/Eyang Manado), yang dilaksanakan Ahad (01/3/2018) di Pemakaman Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, selalu dipadati warga.
Ahad pagi, ribuan warga muslim Kuningan dan sekitarnya, sudah memenuhi areal Kompleks Makam Rambut, Desa Lengkong untuk mengikuti agenda puncak Haul ke-145 Eyang Hasan.
Kegiatan pagi itu adalah Tabligh Akbar bertemakan : "Dengan Peringatan Haul, Kita Lestarikan Ajaran dan Perjuangan Eyang Hasan, Demi NKRI sebagai Bumi Ahlussunnah Waljama'ah". Pemberi taushiyah yang mengisi acara adalah Al-Habib Anis bin Umar Assegaf, Dewan Guru Jalsah Itsnain Majelis Rasulullah SAW Jawa Barat.
Habib Anis dalam taushiyahnya menjabarkan tentang perjuangan Eyang Hasan Maolani yang teguh dan sangat berani menyebarkan ajaran Tauhid pada masa penjajahan Belanda di abad ke-18. Meski pada akhirnya, karena ketakutan penjajah, Eyang Hasan diasingkan ke Manado, karena dinilai bisa memengaruhi warga untuk menentang pemerintah penjajah saat itu.
Selain acara puncak yang diisi kegatan tabligh akbar, di Haul ke-145 tahun ini, panitia penyelenggara menggelar berbagai agenda, diantaranya Khataman Al-Qur'an, Ziarah dan Tahlil Bersama, Sarasehan Nasional, Bedah Buku, hingga Pameran Peninggalan Eyang Hasan Maolani.
Yang menarik, dalam kegiatan tersebut digelar pula pameran benda-benda peninggalan Eyang Hasan di sebuah etalase yang bisa terlihat oleh jamaah. Benda-benda peninggalan tersebut berupa tulisan tangan Kitab Fathul Qorib, Tafsir Jalalain, Terumpah, Ukiran Jendela, Tulak Pintu, hingga tongkat Eyang Hasan.
Salah seorang jamaah Haul, Ustad Nana Junaedi, warga Desa Tambakbaya mengaku sangat bangga bahwa di Kuningan memiliki sejarah penyebaran Agama Islam. Dengan kiprah Eyang Hasan Maolani saat itu, ajaran Islam terus berkibar dan tersebar di seluruh Nusantara.
" Perjuangan Eyang Hasan harus selalu dikenang dan membumi di Kuningan ini. Jangan sampai ketakutan terhadap Islam (Islamphobia-red) kembali terjadi di negeri ini, jika itu terjadi, berarti ada mental penjajah di sekitar kita, " tandas Ustad berambur gondrong ini.