Bicara tentang perhatian dari pemerintahan desa setempat untuk keluarga Jodi, Elis, Kepala Dusun, mengatakan sudah ada dan sering dilakukan. Bahkan, keluarga Jodi selalu menjadi prioritas jika ada program bantuan dari pemerintah.
"Keluarga Jodi mendapat bantuan PKH, dan bantuan lainnya dari pemerintah desa. Namun, untuk soal rutilahu, saat ini belum terlaksana, karena masih menunggu anggarannya. Sudah direncanakan akan dibantu tahun ini melalui dana desa," ujar Elis.
Akhirnya, untuk mengetahui keadaan rumah dan kehidupan keluargaa Jodi, Ibu kepala Dusun ini pun mengajak kuninganreligi.com mendatangi gubuk tempat tinggal Jodi.
Lokasinya lumayan dekat dengan perkampungan di Dusun Pahing, Desa Margabakti, sepeda motor kami pun bisa masuk melalui jalan menanjak yang lumayan mulus. Jaraknya sekira 200 meter dari Jalan Desa Margabakti.
Namun, karena gubuk Nenek Sati berada di atas bukit dan di dalam kebun, sepeda motor kami hanya bisa ditinggal di dekat pemukiman warga.
Menuju gubuk, kami harus berjalan sekira 100 meter menaiki bukit dan menembus kebun. Kami disambut baik oleh Kakek Rakum dan Nenek Sati. Ibu kandung Jodi dan Ayah tirinya pun berada di depan gubuk mempersilakan kami masuk.

Kami melihat ada empat ruangan, kamar kosong berisi baju-baju berserakan, kamar tidur, ruang tengah dan dapur. Di ruangan dapur hanya ada tungku dan sedikit perabotan makan. Di ruangan kamar, ada dua helai tikar dan satu kontainer plastik untuk menyimpan pakaian.
Di bagian dapur, dan sebagian ruangan lain, dindingnya dari bilik dan kayu-kayu yang sudah lapuk. Sementara, atapnya genting tanpa para-para. Lantai gubuk sebagian tanah dan ada plesteran yang hanya di ruangan kamar saja.
"Tidak ada kamar mandi, untuk keperluan air, mereka biasanya mengambil dari penampungan air warga yang berada di bawah, jaraknya sekira 100 meter," terang Elis, Ahad (28/07/2019) sore.