KUNINGAN - Kondisi memperihatinkan yang dialami Jodi (6,5 tahun), seorang siswa SDN Margabakti, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan yang saat ini heboh di media sosial menjadi "pukulan telak" bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan yang baru saja mendapatkan penghargaan sebagai Kabupaten Layak anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI.
Betapa tidak, di tengah masih hangatnya pemberitaan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten yang empat kali berturut-turut meraih penghargaan tersebut, ternyata masih ada potret anak yang benar-benar memiliki nasib kontras, yang jauh dari kelayakan.
Seorang pengurus BPH PC IMM Kuningan, Sandi Yunus mengatakan hal itu kepada media, Ahad (28/07/2019). Menurutnya, untuk mendapatkan penghargaan sebagai Kabupaten Layak Anak dilakukan serangkaian penilaian, verifikasi dan verifikasi lapangan langsung ke titik-titik yang menjadi pertimbangan penilaian.
"Namun sepertinya Kabupaten Kuningan tidak pernah berbenah dan melakukan evaluasi dari setiap penghargaan yang diraih, sehingga penghargaan yang diraih selama 4 tahun berturut-turut tersebut terkesan hanya dibuat-buat untuk meningkatkan citra Kabupaten Kuningan semata," sindirnya.

"Untuk bersekolah saja Jodi masih mengenakan baju kotor sebelum akhirnya pihak sekolah memberikan seragam baru," ucapnya.
Kejadian tersebut, imbuh Sandi, membuat pilu dan mengiris hati. Di satu sisi penghargaan telah diraih selama empat tahun berturut-turut namun disisi lain masih ada anak yang menderita dan masih jauh mendapatkan kelayakan dalam bertumbuh kembang di Kabupaten Kuningan.
"Dengan lebel Kabupaten Layak Anak pemerintah harusnya lebih peka lagi untuk terus evaluasi dan melengkapi instrument Kuningan sebagai Kabupaten Layak Anak , bukan malah menampakkan inkonsistennya," ketusnya. (Nars)