Berkebutuhan Khusus Sejak Lahir, Dua Saudara Kandung Butuh Bantuan - Kuningan Religi

Breaking


Selasa, 25 Februari 2020

Berkebutuhan Khusus Sejak Lahir, Dua Saudara Kandung Butuh Bantuan



KUNINGAN - Kisah dua saudara kakak beradik,  Budi Muhibudin (26) dan Salsa (16), warga Blok Sembung Rugul, RT 23/09, Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, mendadak ramai dibicarakan di media massa dan media sosial. Pasalnya,  kedua anak dari seorang janda bernama Enab Jenab (49) ini,  sejak lahir memiliki kekurangan pada anggota tubuhnya.  Mereka tidak bisa berjalan normal seperti warga pada umumnya,  karena kedua kaki mereka tidak tumbuh normal. 

Budi memiliki kaki yang berukuran tidak normal, sehingga Ia harus berjalan dengan kedua tangannya.  Sedangkan adiknya,  Salsa,  sama tidak mampu berjalan,  karena kedua kakinya tak bisa digerakkan.  Ia hanya bisa menggulingkan tubuhnya untuk bisa berpindah tempat. 



"Sejak kecil mereka diduga mengalami gangguan pada tulang,  berdasarkan pemeriksaan yang pernah Saya lakukan dulu, " kenang Enab,  kepada kuninganreligi.com, Selasa (25/02/2020).

Enab menceritakan, sewaktu kecil, anak sulungnya pernah ikut cek kesehatan melalui posyandu. Waktu itu,  Ia mengaku tidak mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugasnya,  sehingga Ia memutuskan untuk memeriksakan kesehatan anak-anaknya di Bidan setempat. 

Enab juga menuturkan perihal hancurnya bahtera rumah tangga bersama suami sewaktu kedua anaknya masih kecil. 

"Saya sering ditinggal pergi suami,  sehingga saya memutuskan untuk hidup single parent seperti ini, dan akan fokus pada kesehatan kedua anak saya,   " ungkapnya. 

Dari pantauan wartawan,  di rumah yang tidak begitu besar itu,  ada tiga kepala keluarga, Ibundanya Enab,  Keluarga Enab sendiri dan adiknya yang juga telah berkeluarga. 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya,  Enab bekerja hanya mengandalkan menjual jasa dari kemampuan yang ia miliki. 

"Ya,  kalau ada orang suruh nyuci pakaian dan bersih - bersih rumahnya. Saya pasti kerjakan. Nah dari situ, saya dapat bayaran untuk memenuhui kebutuhan hajat hidup keluarga," imbuhnya. 

Ditanya soal bantuan dari pemerintah,    Enab mengaku pernah mendapat bantuan selama 10 tahun (dari tahun 2009-2019) dari Dinas Sosial Kabupaten Kuningan. 

"Namun sejak akhir 2019 kemarin bantuan yang sebesar Rp 300 ribu per bulan itu tidak diterima lagi. Padahal menurut informasi sih jangka waktunya seumur hidup,  " jelasnya. 

Diputusnya bantuan itu diakui Enab, sangat mengecewakan dirinya.  Akhirnya Ia mengaku pasrah dan menerima keadaan seperti sekarang ini.

Sang Sulung,  Budi,  juga mengaku pernah membantu orangtuanya meringankan beban kebutuhan keseharian dengan keahliannya sebagai desainer grafis menggunakan aplikasi komputer yang dimilikinya.



"Tapi komputernya rusak sudah lama,  sehingga Saya nganggur hingga sekarang,  " keluhnya. 

Budi yang hanya lulusan MTs itu merasa bersyukur masih bisa hidup tanpa jadi beban buat orang lain.  Ia berangan-angan,  jika saja memiliki komputer baru lagi,  Ia akan melanjutkan mencari uang dari keahliannya sebagai desain grafis. 

"Saya pernah terjun dan buka usaha sebagai desainer.  Seperti ngedit poto atau bikin undangan hajatan begitu," ujarnya. (Nars)