KUNINGAN - Permasalahan pembuangan limbah kotoran sapi di Kelurahan Cipari mendapat tanggapan dari Bupati Kuningan, H Acep Purnama, pada Kamis (27/08/2020) malam. Usai menghadiri acara kunjungan Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Pendopo Setda Kuningan, Bupati Acep membeberkan upaya-upaya yang akan dilakukan Pemkab dalam waktu dekat untuk penanggulangan masalah limbah kotoran sapi.
"Di antaranya adalah dengan upaya pengangkutan kotoran dengan armada truk yang sudah disediakan. Nanti kita akan tebar kohe tersebut di salah satu blok tematik buah-buahan di wilayah Kebun Raya Kuningan (KRK), " ujar Acep pada KR.
Penebaran kotoran hewan di blok KRK itu, imbuhnya akan jadi media tanam untuk menyuburkan lahan yang sebagian besar berbatu di sana.
"Kami yakin kotoran hewan itu akan menyuburkan lahan di sana dan hanya dalam beberapa bulan bisa menjadi tanah kembali, " ungkapnya.
Upaya lain yang dilakukan adalah mendorong Perumda Aneka Usaha (PDAU) untuk membuat kotoran hewan itu menjadi pupuk organik.
Ditanya soal upaya pembatasan jumlah ternak sapi di wilayah Kecamatan Cigugur, Acep menyebut, di tengah kondisi pemulihan ekonomi masyarakat pada masa pandemi, pembatasan tersebut belum bisa dilakukan.
"Tapi nanti kita atur, berapapun jumlah ternak sapi yang ada di sana, mereka agar tidak membuang kotorannya sembarangan, apalagi ke saluran irigasi, " tandas Bupati.
Jika itu tetap dilakukan, bisa menimbulkan pencemaran saluran irigasi yang akan merugikan warga di bagian hilir.
"Selain pencemaran air di saluran irigasi, kotoran hewan yang menumpuk juga akan mengundang banyak lalat yang bisa menjadi sumber penyakit yang akan merugikan warga sekitar, " katanya.
Sementara, Sekda Kuningan, H Dian Rachmat Yanuar, saat dimintai keterangan perihal masalah yang sama, menambahkan bahwa penanganan limbah kotoran sapi adalah masalah yang multi kompleks.
"Ini membutuhkan sinergitas dinas-dinas terkait, seperti Dinas Perikanan dan Peternakan, Dinas Koperindag dan UMKM, Dinas LH dan lainnya, " ujar Dian.
Pertambahan jumlah peternak sapi, katanya, tidak bergaris lurus dengan peningkatan kesadaran para peternak untuk membuang limbah kohe dengan benar.
"Sudah beberapa kali pertemuan, baik itu dengan pihak koperasi, maupun peternak langsung. Bahkan kita pernah mendatangkan ahli dari Bandung terkait sosialisasi mengolah limbah jadi bahan yang produktif. Namun sampai saat ini belum ada hasilnya, " tandasnya.
Pemkab Kuningan, sebutnya, telah menghabiskan miliaran rupiah untuk penanganan masalah limbah kohe ini.
Sekda mengungkapkan, pencemaran akibat pembuangan limbah kotoran sapi sembarangan ke saluran irigasi itu, telah menjalar ke daerah yang sangat jauh.
"Kita pernah terima laporan, pencemaran itu sudah mencapai daerah Desa Sukamukti, Kecamatan Jalaksana, yang lokasinya jauh dari peternakan. Bahkan limbah kohe itu sudah mengalir hingga ke saluran air di kompleks Stadion Mashud Wisnusaputera, tentunya melalui saluran yang melintasi kompleks pendopo ini, " papar Sekda.
Jika para peternak tetap membandel, ke depan ada kemungkinan pihaknya bisa menerapkan sanksi-sanksi yang sesuai aturan sesungguhnya.
"Sanksi pidananya berat lho untuk mereka yang menimbulkan pencemaran akibat pembuangan limbah sembarangan, " tutup Sekda. (Nars)