![]() |
KH Hasyim Asy'ari |
KHAZANAH - Hari ini, 7 Ramadhan, Bangsa Indonesia mengenang sebuah kehidupan dan pencapaian seorang ulama besar, Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari, yang dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama dan dihormati sebagai pahlawan nasional. Dilahirkan di Desa Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur, pada 14 Februari 1871 M, Kiai Hasyim memiliki reputasi sebagai seorang Maha Guru dan Gurunya Para Guru.
Kiai Hasyim merupakan putra dari K.H. Asy'ari dan Ny. H. Halimah. Salah satu anaknya, K.H. A Wahid Hasyim, juga merupakan pahlawan nasional yang merumuskan Piagam Jakarta, sedangkan cucunya, K.H. Abdurrahman Wahid, memimpin Indonesia sebagai Presiden ke-4.
Nahdlatul Ulama didirikan sebagai wadah bagi Ahlussunnah wal Jama’ah atau ASWAJA, bukan hanya sebagai inovasi semata, tetapi sebagai solusi atas kondisi genting saat itu.
Presiden Soekarno meminta bantuan kepada tokoh agama untuk menghadapi ancaman teror Belanda yang ingin kembali masuk menguasai Indonesia setelah masa penjajahan Jepang. Bung Tomo diutus untuk bertemu dengan KH Hasyim Asy'ari guna meminta nasehat dan pendapat bagaimana sebaiknya umat Islam menghadapi situasi tersebut.
KH Hasyim Asy'ari kemudian mengeluarkan fatwa resolusi Jihad sebagai hasil dari perenungan dan penghayatan nilai-nilai Islam kebangsaan. Keputusan ini kemudian diputuskan dalam rapat para konsul NU se-Jawa Madura.
Resolusi Jihad ini menjadi salah satu cara untuk melindungi kedaulatan Indonesia dari ancaman negara-negara asing. Dalam fatwanya, KH Hasyim Asy'ari mengajak seluruh umat Islam untuk memperkuat persatuan dan kesatuan, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan segala cara yang diperbolehkan oleh agama.
Fatwa ini menjadi bukti bahwa agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan nasional. Resolusi Jihad ini diharapkan dapat membantu menguatkan semangat para pejuang kemerdekaan dalam mempertahankan negara Indonesia dari segala bentuk ancaman yang muncul.
Kiai Hasyim wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M atau 7 Ramadan 1366 H, dalam keadaan yang mengejutkan.
Saat menerima kedatangan utusan Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Bung Tomo pada hari itu, Kiai Hasyim diberitahu tentang keadaan negara setelah terjadinya Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Namun, kabar yang ia terima bahwa Singosari telah direbut oleh Jenderal Spoor, membuatnya sangat terkejut hingga ia jatuh pingsan.
Meskipun dokter telah dipanggil, tanggal 7 Ramadhan 1366 Hijriyah, nyawa Beliau tidak dapat diselamatkan lagi. Kiai Hasyim dimakamkan di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Diwek, Jombang, dan meninggalkan warisan besar bagi umat Islam di Indonesia dan dunia. (Nars)