![]() |
Ilustrasi |
Semua orang pasti ingin mendapat kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya. Di dalam agama Islam, terdapat sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu yang kita usahakan di dunia ini bisa menjadi penghapus dosa, penyebab diterimanya amal kebaikan, dan ditutup aib kita oleh Allah SWT.
Banyak dari kita mungkin sering merasa kecil dan tidak berdaya di depan berbagai masalah yang kita hadapi. Namun, keyakinan bahwa setiap usaha yang kita lakukan dapat menjadi penghapus dosa serta penyebab diterimanya amal kebaikan harus menjadi motivasi bagi kita untuk terus berjuang dan berusaha memperbaiki diri.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosa mu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].
Hadits ini mengajarkan bahwa Allah SWT sangat memahami ketidaksempurnaan manusia dan memberikan peluang kepada manusia untuk memperbaiki diri dan mengampuni dosa-dosanya melalui amal-amal kebaikan yang dilakukan di dunia.
Dalam Islam, setiap amal kebaikan yang dilakukan akan dicatat oleh Allah SWT dan dihitung sebagai amal sholeh yang akan menambah pahala bagi manusia di akhirat kelak.
Selain itu, amal kebaikan juga dapat menjadi penyebab ditutupnya aib kita oleh Allah SWT. Kita mungkin pernah melakukan kesalahan atau melakukan dosa di masa lalu yang membuat kita merasa malu dan tidak nyaman di depan orang lain.
Namun, dengan melakukan amal kebaikan, kita dapat meraih keberkahan dan keampunan dari Allah SWT sehingga aib kita ditutupi dan kita dapat hidup dengan tenang.
Dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 47, Allah SWT berfirman: "Dan Kami menimbang segala amalmu dengan sebenar-benarnya, dan Kami jadikan semuanya (amal baikmu) yang telah dilakukan sebagai habis rasa lapar belaka." Artinya, setiap amal kebaikan yang kita lakukan akan menjadi bekal yang dapat memenuhi kebutuhan kita di akhirat kelak.
Seperti makan yang tersirat dari Doa hari ke-26 Ramadhan yang berbunyi:
Allâhummaj’al sa’yî fîhi masykûran wa dzanbî fîhi maghfûran wa ‘amalî fîhi maqbûlan wa ‘aybî fîhi mastûran yâ asma’as sâmi’îna.
Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk melakukan amal kebaikan sebanyak-banyaknya dan terus berjuang memperbaiki diri agar kita dapat meraih keberkahan dan keampunan dari Allah.