![]() |
Rangkaian TMMD ke-117 Kodim 0615/Kuningan menyasar non-fisik dengan membantu memberikan solusi bagi para petani di tengah masalah kelangkaan pupuk |
KUNINGAN - Fenomena kelangkaan pupuk kimia maupun pupuk bersubsidi semakin menjadi masalah bagi para petani dalam mengolah lahan pertanian, termasuk untuk para petani di Kabupaten Kuningan.
Kelangkaan pupuk ini menjadi ancaman juga terhadap ketersediaan bahan pangan di masyarakat karena lahan-lahan pertanian terancam gagal tanam.
Permasalahan yang menimpa para petani di Kabupaten Kuningan ini menjadi perhatian serius bagi Dandim 0615/Kuningan, Letkol Inf Bambang Kurniawan. Selain berperan dalam menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan NKRI, TNI juga berperan dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan masyarakat.
"Sektor pertanian adalah sektor vital yang harus didukung agar tercipta ketahanan pangan di masyarakat," ujar Dandim.
Untuk upaya tersebut, Kodim 0615/Kuningan menjadikan sasaran non fisik program pertanian pada kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TTMD) ke-117 yang digelar di Desa Sukaraja, Kecamatan Ciawigebang.
Dengan menggandeng Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Kuningan, Kodim 0615/Kuningan menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik dengan durasi hanya 1 menit.
Acara ini berlangsung di Aula Desa Sukaraja, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan pada Rabu (19/07/2023) dengan menghadirkan peserta dari masyarakat setempat, kelompok tani, penyuluh pertanian, serta Babinsa Kodim 0615/Kuningan.
Kegiatan ini menghadirkan 2 narasumber kompeten, yakni, Konsultan Mikro Organisme Lokal, Deden Lesmana, dan konsultan pertanian ramah lingkungan, Sulistio Ipac.
"Ini merupakan bagian dari program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang ke-117. Salah satu sasaran non-fisik bersama-sama dengan HKTI, ikut membantu memberikan solusi para petani ditengah kelangkaan pupuk," papar Dandim Letkol Inf Bambang Kurniawan.
Melalui pelatihan membuat pupuk organik dari bahan yang mudah didapatkan para petani ini, diharapkan bisa membantu para petani untuk mendapatkan pupuk organik sebagai alternatif untuk pengolahan lahan pertanian mereka.
Sub Koordinator Bidang Pangan HKTI Kuningan, Rohaendi, menjelaskan, kebutuhan pupuk di Indonesia mencapai 13,5 juta ton yang hanya terpenuhi sekira 3,5 juta ton saja.
Kondisi pertanian di waktu dekat ini, imbuhnya akan diperparah dengan adanya perubahan iklim global.
Rohaendi menjelaskan perang Rusia-Ukraina menyebabkan kelangkaan pupuk karena kedua negara tersebut adalah produsen pupuk yang besar.
" Akhir-akhir ini setiap saya ke desa, masuk ke sawah, ketemu petani, selalu yang mengeluhkan soal langkanya pupuk dan harga pupuk yang tinggi," ucapnya.
Rohendi mengajak para petani untuk tidak patah semangat dan berhenti menanam saat tidak ada pupuk kimia.
"Kita bisa gunakan sumberdaya yang ada dengan menggunakan pupuk organik memanfaatkan sampah rumah tangga sebagai alternatif," katanya.
Di tempat sama, Ketua HKTI Kabupaten Kuningan, H Tenggono, menyatakan bahwa HKTI hadir untuk memberikan solusi kepada para petani dan mendukung aspirasi mereka hingga ke pemerintahan pusat.
"Untuk itu, HKTI memiliki lahan seluas 1,1 hektar yang digunakan sebagai pusat penelitian bibit-bibit untuk membantu petani di Kabupaten Kuningan," sambungnya.
Pelatihan ini diselenggarakan secara gratis dengan tujuan utama untuk mensejahterakan para petani dan mengembangkan sektor buruh tani.
" Dengan menggagas pelatihan pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik dalam waktu singkat, HKTI sangat peduli terhadap isu kelangkaan pupuk dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi sektor pertanian," sambungnya. (Nars)